Rabu, 28 April 2010

Tidak mudah untuk dipercaya setelah "cacat" yang kita lakukan

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 21:22-34

Raja Abimelekh dari Filistin sungguh sangat ingin bersahabat dengan Abraham meski statusnya adalah orang asing di negerinya. Dari awal pertemuannya dengan Abraham raja ini sebenarnya telah menerima Abraham. Apalagi setelah ia tahu bahwa Abraham adalah manusia pilihan Allah. Namun riwayat pertemanan mereka sempat ternoda oleh "ketidakjujuran" Abraham tentang Sara, meski dengan peristiwa ini Abimelekh menjadi mengenal Allah. Hal inilah yang membuat Abimelekh lebih percaya akan kebesaran Allah sehingga persahabatan mereka pun diikat dengan perjanjian dengan bersandar pada Allah. Dengan bersumpah demi Allah Abimelekh yakin Abraham tidak akan mengulangi hal-hal yang membuatnya kurang respect.
Keinginan bersahabat dari Abimelekh semakin besar karena ia tahu ada Allah di antara mereka. Memang banyak cara yang dilakukan Tuhan agar manusia lebih mengenalnya.Kita akan lebih percaya kepada ucapan seseorang jika orang tersebut berjanji dan berbicara dalam nama Allah. Meski sebagai manusia "sumpah demi Allah" adalah sungguh berat, kita harus menyandarkan diri pada Allah dengan tulus sebelum bersumpah.Jangan bermain-main dengan Sumpah....apalagi Demi Allah.

Selasa, 27 April 2010

Kasihilah korban..

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 21:1-21

Sungguh menyedihkan jika ada pihak yang menjadi korban. Hagar dan Ismail dalam hal ini adalah korban, korban kekhawatiran Sara dan Abraham hal "warisan" mereka kelak. Kita memang tidak hanya memandang dari satu sisi saja. Pertimbangan Abraham sebagai manusia saat "mengusir" Hagar karena potensi perebutan itu ada, karakter Hagar mendukung untuk itu. Yang terkuat pertimbangan Abraham adalah mengenai petunjuk Tuhan Bahwa Ishak lah anak perjanjian itu, dan "saran" dari Tuhan agar Abraham menuruti permintaan Sara adalah rencana Tuhan Sendiri. Bagaimana dengan Hagar dan Ismail? Disinilah Kasih Tuhan Berbicara, Tuhan Tetap memelihara mereka dan memberikan janji untuk tetap menjadikan keturunan Ismail bangsa yang besar pula. Rencana Tuhan memang sebuah misteri, Ia Tahu apa yang terbaik. Yang kita petik dari sini adalah kita selayaknya mengasihi, memelihara dan memperlakukan "korban" dengan setulus hati.

Senin, 26 April 2010

Jujurlah meski dalam ketakutan, serahkan semua kepada Tuhan

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 20:1-18

Kita mungkin kurang respek terhadap sikap Abraham yang "berbohong" kepada Raja Abimelekh tentang status Sara, istrinya. Ia mengatakan bahwa Sara hanyalah Saudaranya. Meski memang Sara adalah saudaranya, namun status penting Sara sebagai istrinya tidak ia sampaikan karena ia takut dibunuh karena ia terlanjur mempunyai pandangan buruk terhadap Raja Abimelekh ini ( dalam pikirannya Abimelekh tidak takut akan Tuhan, ia pasti akan mengambil Sara dan membunuhnya). Sikap Abraham yang "underestimated" terhadap Abimelekh dan ketakutannya membuat ia berkata tidak jujur sehingga Abimelekh merasa sah-sah saja mengambil Sara karena statusnya adalah tanpa ikatan.
Namun akibat ketakutan dan prasangka buruk Abraham yang memunculkan kehohongannya berakibat fatal bagi Abimelekh yang ternyata sungguh takut akan Tuhan. Meski Tuhan membebaskan hukumannya terhadap Abimelekh (karena ia tidak berbuat salah) namun penghargaan dan pandangan persahabatan Abimelekh sudahlah turun kadarnya, meski hal ini dilebur oleh kuasa Tuhan terhadap terhadap Abraham.
Memang bagaimanapun Abraham adalah manusia yang mempunyai ketakutan. Namun alangkah baiknya jika dalam ketakutan, kekhawatiran, ataupun kondisi apapun yang membuat kita merasa terancam janganlah berkata tidak jujur sekedar untuk mencari aman karena ketidakjujuran kita mengakibatkan hal-hal lain yang tidak baik akan terjadi. Jujurlah kita dalam kondisi apapun dan mintalah perlindungan/petunjuk Tuhan.

Minggu, 25 April 2010

Tuhan Menghukum dengan berbagai cara, siapa yang tetap menjalankan perintahnya, ia akan selamat.

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 19: 1-29


"Saiki jaman edan, yen ra edan ora keduman. Bejaning wong sing eling lan waspodo" (Sekarang jaman gila, kalo tidak gila tidak kebagian. Beruntunglah orang yang ingat dan waspada). Pepatah jawa tersebut mungkin cukup pantas untuk menggambarkan apa yang Tuhan lakukan atas kota Sodom. Kehidupan di Sodom yang sudah menjadi "kota gila" membuat Tuhan murka dan memusnahkannya. Namun Tuhan masih memberikan pengampunan bagi Lot dan keluarganya yang percaya dan patuh kepada Tuhan. Meski tidak semua keluarga Lot selamat karena dua bakal menantunya tidak diselamatkan karena mereka tidak percaya, begitupun istri Lot karena masih belum "ikhlas" meninggalkan kota Sodom.
Kejadian seperti di kota Sodom bisa menjadi cermin bagi kehidupan dunia saat ini. Betapa dunia telah kita sesaki dengan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Allah. Banyak orang yang tahu bahwa perbuatannya salah namun tetap melakukannya karena takut "ora keduman". Tidak usah jauh-jauh berpikir tentang dunia, hal tersebut bisa kita rasakan dalam kehidupan bermasyarakat kita. Terkadang kita tinggal di lingkungan yang "buruk" bagi kita dan anak-anak kita. Dalam keadaan ini prinsip "eling lan waspodo" harus tetap kita pegang teguh karena Tuhan akan menolong dengan berbagai cara bagi kita yang tetap hidup dalam perintahnya. Kehidupan kita sebagai umat Kristiani pun di Indonesia bisa kita jadikan contoh nyata. Hidup sebagai kaum minoritas sering menempatkan kita dalam posisi "teraniaya" oleh  "orang-orang sodom". Yang Saya maksud dengan "orang-orang Sodom" disini adalah orang-orang mayoritas yang hidupnya dipenuhi dengan kemunafikan, merasa paling benar. merasa sah menganiaya orang dengan keyakinan yang berbeda darinya, menafsirkan perintah Tuhan dengan keras kepala dan lain sebagainya dimana hal-hal itu tidak berkenan di hadapan Allah. Dalam kondisi apapun, hidup dalam lingkungan apapun (karena kadang kita tidak dapat menghindari di lingkungan seperti apa kita tinggal) sejauh mungkin kita harus tetap hidup dalam jalan Tuhan dan berserah padaNya. Tuhan melindungi kita dalam berbagai cara dan menghukum kita pula dengan berbagai cara. Eling lan waspodo.

Selasa, 20 April 2010

Berikan yang terbaik untuk Tuhan, dan bersabarlah karena tak ada yang mustahil untuk Tuhan, yakinlah Dia akan bersikap adil

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 18:1-15 dan Kejadian 18 :16-33

Sudah selayaknya kita memberikan sajian yang terbaik bagi "tamu" kita apalagi , seperti Abraham memperlakukan tamu-nya karena tamu itu adalah gambaran Tuhan. Sudah selayaknya pula kita menerima tamu dengan sebuah keikhlasan bahwa ia adalah utusan Tuhan yang membawa berkat. Apapun fakta yang terjadi dari kehadiran tamu itu kita mesti percaya bahwa ada berkat Tuhan yang dibawa, apakah itu kabar baik, kabar buruk, rejeki, keluh kesah dan sebagainya kita harus berlaku "baik" karena ada berkat Tuhan di dalamnya.
 Dalam perikop ini juga masih berpesan tentang kesabaran kita terhadap doa ataupun apa yang dijanjikan Tuhan. Secara pribadi Saya ingin berpesan kepada rekan-rekan berkaitan dengan janji Tuhan kepada Sara untuk memberinya keturunan, meski itu terlihat mustahil di mata manusia. Mungkin banyak di antara sahabat yang telah bertahun-tahun menantikan kehadiran momongan. Kita tahu hal itu cukup berat karena disamping beban pribadi pasangan, mungkin banyak pula tekanan dari pihak keluarga, dan rasa minder terhadap lingkungan ataupun sahabat. Saya pernah mengalaminya sendiri, cukup lama pula saya menunggu berkat momongan, berusaha dengan cara2 medis dan lain-lainnya. Akhirnya Tuhan memberikan juga apa yang kami idamkan. Kepasrahan dan doa tulus kepada Tuhan (Saya dan istri saat itu selalu bangun tengah malam, berdoa dengan tulus di halaman rumah, sambil menatap langit dan bintang-bintang) akan menjadikan pengharapan kita tidak sia-sia. Dan kita jangan lupa semua hanya terjadi jika Tuhan menghendakinya.

Dalam perikop ini pula Abraham terusik rasa keadilannya saat Tuhan akan menghukum Sodom dan Gomora. Ia memohon agar jangan pula orang benar ikut dimusnahkan (karena Lot Saudaranya tinggal pula di Sodom). Yakinkan kita bahwa Tuhan akan bersikap adil, jika ada Saudara kita yang masih tersesat berusahalah mengingatkan dia agar tidak termasuk dalam kumpulan orang yang akan dihukum Tuhan.

Senin, 19 April 2010

Bersabar dan bertekun dalam Iman

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 17:1-27

Waktu penggenapan menurut Allah sangat berbeda dengan waktu kita sebagai manusia. Saat Allah telah membuat janji pun Abram harus tetap bersabar dan percaya serta berpegang teguh pada rencana Allah yang selalu mulia, bahkan Abram pun harus menerima dengan taat meski janji itu belum digenapi bahkan Tuhan memberikan perintah-perintah baru.
Pada saat Tuhan telah berjanji pun kita harus selalu sabar menunggu dan tetap menjalankan perintahnya. Janji Tuhan adalah keinginan Tuhan dan Dia lah yang menentukan waktunya. Jika dari sisi Tuhan yang berkeinginan (aktif) saja kita harus sabar dan berpegang teguh pada perintahnya, apalagi jika kita yang "memohon" kepada-Nya selain harus sabar dan berpegang Teguh, kita pun harus siap menerima apakah permohonan kita dalam doa yang kita naikkan dikabulkan (sesuai dengan keinginannya) atau Tuhan memberikan hal lain kepada kita, kita harus percaya bahwa apa yang diberikan Tuhan adalah rencananya dan baik adanya.
Mari Bersabar dan Bertekun dalam Iman, memuji Tuhan atas apa yang Ia beri sebelum kita meminta dan menerima apapun yang Ia berikan karena semuanya adalah berkat.

Minggu, 18 April 2010

Sulitnya Berlaku Adil

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 16 : 1-16

Memang beralasan jika Tuhan menginginkan kita tidak berpoligami. Seorang laki-laki dengan lebih dari satu istri dituntut harus bijak "mengakomodasi" dan mendidik istri-istrinya. Bahkan Abram pun kesulitan untuk melakukan itu, pada saat Sarai komplain kepadanya karena sikap Hagar (seorang hamba yang oleh Sarai diberikan kepada Abram untuk diambil istri) yang karena mengandung anak Abram merendahkan Sarai. Disinilah ke"tidakadilan" Abram tercipta, bagaimanapun Hagar telah menjadi istrinya tetapi Abram tetap menganggapnya sebagai hamba sehinggi ia menyerahkan keputusan kembali kepada Sarai, sehingga Sarai menindasnya.
Ketidakadilan memang bisa berawal dari kesalahan dalam membuat keputusan dari sang pimpinan. Ini bisa terjadi dalam kehidupan keluarga, organisasi ataupun negara. Ketidakadilan akan menciptakan korban, yang kuat menindas yang lemah.
Pada saat ketidakadilan terjadi Tuhan tetap menunjukkan kasihnya kepada pihak yang menindas ataupun tertindas. Tuhan tetap memberikan petunjuk bagi penindas atapun tertindas, apapun itu bentuknya. Jika kita sebagai penindas kita akan disadarkan oleh Tuhan Bagaimanapun caranya. Jika kita sebagai tertindas kita akan lebih diperhatikan oleh Tuhan dengan berkat dan petunjuk-Nya.
Mari bersikap adil.

Sabtu, 17 April 2010

Janji

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 15 : 1-21

Pernahkah kita menghitung berapa kali kita berjanji, kepada siapapun dan berapa kali kita menepatinya? ataukah kita termasuk orang yang selalu menepati janji? Jika iya kita perlu menghitung lagi apakah janji yang kita tepati itu memang karena kita ingin menepatinya ataukah karena takut akan resiko lainnya?
Dalam hal ini sungguh beda antara "janji manusia" dan " janji Allah". Janji manusia sering diucapkan karena ada kepentingan yang lebih besar dari janji itu. Reaksi dan respon terhadap janji itu pun bermacam-macam, ada yang percaya, ragu bahkan sering dibuat "perjanjian tertulis" dengan aturan manusia agar janji itu ditepati. Percayakah kita jika seorang sahabat mengajak kita berbisnis tanpa suatu perjanjian tertulis?  Janji Allah sungguh beda karena janji Allah dilandasi Kasih yang maha besar kepada umat manusia. Allah tidak pernah lupa janji meski semustahil apapun janji itu bagi manusia. Justru manusia yang sering tidak percaya akan Janji Allah. Manusia sering tak sabar akan tibanya penggenapan janji itu.
Allah telah menggenapi janjinya kepada Abraham untuk membesarkan keturunannya seperti bintang-bintang di langit, padahal saat janji memberikan keturunan kepada Abram sangat mustahil bagi pemikiran manusia. Janji Terbesar Tuhan yang telah digenapi adalah memberikan Putranya yang tunggal untuk menebus dosa-dosa manusia. Dan berapa gelintirkah menusia yang percaya?
 Sebuah janji kecil apabila di dasari kasih untuk dapat menepatinya lebih berharga daripada janji besar tetapi dilandasi kepentingan duniawi.