Minggu, 30 Mei 2010

Anak kita adalah Doa dan Pengharapan akan Tuhan

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 30:1-25

Banyak hal ataupun motivasi seseorang akan hadirnya anak dalam kehidupan kita terkadang kita lupa mengucapkan syukur atas berkat keturunan yang Tuhan berikan kepada kita. Kita sering menganggap hadirnya anak kita hanya sebagai benda anak itu sendiri. Seolah anak kita hanyalah alat untuk meraih kejayaan kita, keberhasilan kita atau pun hak waris kita akan harta kekayaan seperti yang terjadi pada istri-istri Yakub. Mereka dengan ngototnya meminta hadirnya keturunan dengan motivasi-motivasi kedagingan mereka bahkan memberi nama anak-anak mereka sesuai peristiwa dan kejadian yang menunjukkan ambisi duniawai mereka.
Saya kadang heran dengan orang-orang tua kita yang tidak memberi nama yang indah bagi anak mereka. Namun kadang menjadi heran saat seseorang memberi nama anaknya asal terdengar indah namun tidak mengetahui makna dan pengarapannya. Atau nama anak sering menjadi penanda dan pengingat akan peristiwa yang terjadi saat anak itu lahir. Nam tidak perlu di beli dengan mahal, maka alangkah baiknya kita beri nama anak kita tidak hanya indah didengar, mudah dipanggil, ataupun terlihat hebat. Namun hendaknya nama yang diberikan kepada anak kita adalah sebuah pengharapan dan doa kita kepada Allah agar anak kita tumbuh sesuai dengan pengaharapan dalam arti nama itu. Alangkah indahnya jika tiap memanggil nama anak kita maka menjadi ingat akan Tuhan baik peristiwa saat anak itu lahir ataupun pengharapan baik terhadap kita anak itu dalam Doa kita terhadap Tuhan. Mari kita panjatkan selalu rasa syukur dan terima kasih kita akan berkat anak yang Tuhan berikan dan marilah kita menyadari bahwa anak adalah milik Tuhan yang kita percaya dan berharap akan berkat kebaikan yang akan Tuhan berikan kepada anak kita.

Selasa, 25 Mei 2010

Kesabaran Untuk Gadis yang dicintai

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 29:1-35


Jika seseorang telah mengidamkan sesuatu yang dicintainya, maka betapa ia menjadi bersabar diri. Seperti Yakub yang telah menambatkan cintanya pada Rahel, iapun rela bersabar menunggu selama kurang lebih 14 tahun 7 hari. 7 tahun pertama adalah penantiannya selama bekerja untuk Laban sebagai syarat untuk menikahi gadis yang dicintainya, 7 hari kemudian adalah syarat formal yang harus dijalaninya untuk menjalani pernikahannya dengan Lea, kakak Rahel sebagai usaha dari laban agar anak tertuanya ini pun mendapatkan jodoh pula karena ia tidak se"menarik" Rahel, meski dengan tipu dayanya kepada Yakub. Selanjutnya 7 tahun berikutnya adalah waktu tunggu Yakub dengan bekerja kepada Laban untuk tetap mendapatkan gadis yang benar-benar dicintainya.
Untuk mendapatkan hal yang sangat kita ingini memang kadang kita harus bersabar dan menahan diri dan tidak menolak tanggung jawab yang diberikan kepada kita seperti Yakub yang "terpaksa" harus menerima Lea pula sebagai istrinya dengan tanggungjawabnya.

Minggu, 23 Mei 2010

Bangkitkan kenangan akan Tuhan setiap saat

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 28:1-22

Sering kita lihat bahwa kita sendiri atau beberapa orang tetap menyimpan benda-benda tertentu yang mempunyai nilai historis dalam kehidupannya. Biasanya benda-benda itu dirawat dengan baik karena mengingatkan perjalanan hidupnya. Misalkan sebuah sepeda tua, motor tua, mobil tua dan lain-lainnya yang serasa mempunyai jiwa karena telah menemani kita melewati segala masa, susah senang bahkan perjuangan hingga kita sampai pada kondisi seperti hari ini/ saat ini.
Seperti Yakub yang menjadikannnya bantal batu saat ia mendapatkan kemuliaan dari Tuhan, sangat mengenang batu itu sebagai tugu untuk mengingat akan Tuhan. Kita tidak harus membuat sebuah benda yang mahal dan besar untuk selalu mengingat akan Tuhan. Sebuah Alkitab pun bisa untuk membuat kita selalu mengingat Tuhan, namun Yesus Kristus lah Tugu Abadi yang mana kita akan selalu ingat akan Tuhan karena Tuhan adalah Dirinya.

Kamis, 13 Mei 2010

Jujur saja tidak cukup..

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 27 :1-46

Memang menjadi orang jujur adalah baik adanya. Namun menjadi orang baik dan jujur alangkah baiknya dilengkapi dengan kewaspadaan dan kepandaian. Seperti yang di alami Esau yang terpaksa harus kehilangan berkat/kuasa dari ayahnya karena ia kurang berhati-hati dan terlalu lugu. Dua kali sudah ia telah ditipu oleh Yakub namun tidak juga waspada. Memang jika dilihat dari kehendak Tuhan yang terjadi, hal itu harus terjadi, namun apa yang dapat kita ambil dari hal ini adalah sebagai orang jujur pun kita tetap perlu hikmat agar terhindar dari orang lain yang "licik". Demi kekuasaan memang terkadang dipakai cara-cara yang kotor namun marilah kita memohon pertolongan Tuhan agar dalam hal kita ingin mencapai segala cita-cita kebesaran kita selalu menempuh jalan yang jujur dan diberkati Tuhan.

Senin, 10 Mei 2010

Warna Warni Persahabatan

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 26:1-35

Apa yang pernah terjadi kembali terulang dengan pihak dan latar belakang yang tidak jauh berbeda. Karena kelaparan di negerinya Ishak pun menuju Ke Tanah Gerar tempat Abimelekh raja Filistin. Apa yang dilakukan Ishak pun sama dengan Abraham, ia mengatakan bahwa Ribka sebagai Saudaranya bukan istrinya karena ia takut dibunuh karena kecantikan istrinya, Akhirnya Abimelekh pun mengetahuinya juga. Betapa ia menyayangkan sikap Ishak tersebut. Namun karena Ia seorang yang Takut akan Tuhan maka ia pun melindungi Ishak seperti ia dahulu melindungi Abraham. Ishak dan hamba-hambanya hidupnya menjadi lebih makmur daripada orang-orang Filistin itu sendiri sehingga menimbulkan kecemburuan dan iri hati yang sempat menodai persahabatan mereka. Perebutan sumur dan pengusiran pun terjadi. Namun kembali Tuhan membukakan hati Abimelekh bahwa Ishak memang telah diberkati Tuhan sehingga ia kembali mendatangi Ishak dan memperbaiki hubungan persahabatan mereka, dalam nama Tuhan.
Memang sebagai manusia kita tidak terlepas dari ketakutan dan kekurangan, seperti Abraham, Ishak dan Abimelekh. Namun dalam Tuhan kita bisa menjadi sahabat yang saling mengerti dan melengkapi.

Minggu, 09 Mei 2010

Keturunan dan warisan

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 25 :1-34


Keturunan Abraham terus berkembang, baik yang berasal dari "Permaisuri" Sara, "selir" Hagar maupun "Gundi" Ketura. Masing-masing keturunan diberikan sesuatu oleh Abraham sebagai warisan. Abraham mencoba mengasihi seluruh keluarganya dan memberikan warisan sesuai hak-nya dan sesuai keinginan Tuhan.
Keturuan Abraham dari Ishak yang diberkati Tuhan menurunkan pula Esau dan Yakub. Disinilah penghargaan akan warisan dan hak adalah penting. Esau menyepelekan hak kesulungannya hanya demi makanan yang diberikan oleh Yakub. Dari sini pula kita perlu melihat bahwa segala sesuatu yang menyangkut warisan amat sensitif meski bagi sesama bersaudara. Sikap Esau yang tidak terlalu menganggap Hak Kesulungannya itu penting tidak menjadi masalah jika ia itu benar benar dari hatinya, bukan demi sup kacang merah. Yakub pun seharusnya sebagai Saudara seharusnya tidak memperalat kelemahan kakaknya itu untuk mendapatkan Hak Dari Kesulungannya. Namun seperti yang telah digariskan Allah sewaktu mereka dalam kandungan, hal itu memang yang akan terjadi.
Bagaimana dengan kita? secara biologis jika dirunut catatannya bukan tidak mungkin kita adalah keturunan Abraham dari Sara, Hagar, atau bahkan Ketura. Yang terpenting kita meyakini bahwa Abraham adalah Ayah kita secara rohani yang telah memberikan warisan Imannya kepada kita. Iman kita kepada Allah tidak akan kita tukar/jual demi kenikmatan duniawi, selezat apapun sup "kacang merah" itu.
Warisan Harta kita hargai sebagai alat duniawi warisan Iman kita pegang teguh untuk meluaskan kerajaan Allah di Bumi.

Selasa, 04 Mei 2010

Tuhan memberi petunjuk untuk kelanggengan hidup berkeluarga

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 24:1-67

Benar seperti perintah Tuhan bahwa lelaki dan perempuan yang telah mengikrarkan diri dalam sebuah pernikahan suci adalah menjadi satu daging oleh Allah. Apa yang telah disatukan dalam nama Tuhan tidak dapat di pisahkan oleh manusia. Maka itu untuk memilih pasangan hidup haruslah dengan pertimbangan yang matang, banyak hal yang harus dipertimbangkan agar bahtera rumah tangga dapat langgeng dan membahagiakan. Banyak hal yang menjadikan pertimbangan untuk memilih ataupun menjodohkan calon pasangan. Selain rasa Kasih itu sendiri yang terutama, tidak menutup kemungkinan akan pertimbangan asal-usul, riwayat dan lain-lain, dalam istilah jawa sering di sebut bibit, bobot, bebet.
Seperti Abraham yang sungguh penuh pertimbangan dalam memilihkan istri untuk Ishak anaknya, berbagai pertimbangan dia gunakan dan pertolongan/petunjuk Tuhan dimintakan agar tidak salah dalam memilih.
Begitu banyaknya perceraian yang terjadi salah satu sebabnya adalah pertimbangan dangkal dan terburu-buru dalam memilih pasangannya. Hanya berdasar rasa suka sesaat, nafsu, ataupun pertimbangan lain, bahkan petunjuk Tuhan pun sering di abaikan, apalagi saran-saran dari sahabat ataupun keluarga terdekat. Bagi kita yang sedang memilih pasangan ataupun merencanakan pernikahan hendaklah kita pertimbangkan dengan matang dan mohonlah petunjuk Tuhan. Dan bagi kita yang tengah menjalani bahtera kehidupan dengan pasangan yang kita pilih, hendaklah kita curahkan kasih sepenuhnya pada pasangan kita yang telah menyatu dalam diri kita, segala kelebihan dan kekurangan pasangan kita adalah kelebihan dan kekurangan kita sendiri, teruslah bersyukur atas pernikahan itu dan mohon pemeliharaan-Nya.

Senin, 03 Mei 2010

Berikan yang terbaik untuk pasangan kita

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 23:1-20

Sungguh wajar jika kita berduka dan meratapi meninggalnya seseorang yang sangat berarti bagi kita, yang menemani di setiap langkah perjalanan hidup kita, dia adalah pasangan hidup kita. Abraham pun demikian, saat istrinya-Sara yang telah menemaninya selama puluhan tahun setia padanya hidup sesuai kehendak Tuhan pada akhirnya mendahului Abraham mendapatkan kematiannya, Abraham pun berduka dan meratap, namun ia tetap bertindak matang, bagaimanapun kita harus tetap memberikan yang terbaik untuk orang yang kita cintai, pasangan hidup kita bahkan di saat meninggalnya. Berikanlah pemakaman terbaik untukknya dengan segenap kemampuan kita. Seperti Abraham yang tetap membeli Tanah di gua untuk pemakaman istrinya sebagai pemakaman terbaik. Meski Tanah itu adalah tanah yang diberikan Tuhan untukknya namun tetap ia memberikan "uang pengganti" yang layak kepada orang-orang Het. Meski orang Het tidak mempermasalahkan harga itu, mereka pun menghargai Abraham yang sedang berduka.

Minggu, 02 Mei 2010

Semua milik Tuhan

Catatan setelah membaca Kitab kejadian 22:1-24

Sering kita mendengar atau bahkan kita sendiri yang mengatakan "Kita berserah saja pada kehendak Tuhan". Apa yang kita ucapkan memang terkesan tulus karena kita "mengharap" kehendak Tuhan yang terbaik dan menyenangkan kita. Namun bagaimana jika hal itu dibalik? bagaimana jika halnya Tuhan menginginkan apa yang kita cintai dan yang kita anggap paling berharga dalam hidup kita diminta oleh Tuhan?
Seperti yang dialami Abraham, tidak terbayangkan bahwa Ishak, anak yang telah ia nanti-nantikan kehadirannya selama puluhan Tahun dengan berbagai pengharapannya pada Tuhan, dengan kesabaran dan nyaris putus asa, pada akhirnya "diminta" oleh Tuhan. Kita tidak tahu apa yang berkecamuk dalam hati Abraham, namun yang kita tahu adalah Abraham tanpa penyangkalan, penawaran, ataupun pertanyaan melaksanakan kehendak itu. Dari sisi Ishak pun kita perlu mencatat "kesucian"nya, belum tercatat apakah pada saat itu Ishak melakukan perlawanan saat akan dikorbankan atau tidak, namun pada akhirnya ia pun "bersedia" di serahkan kepada Tuhan mungkin demi kepatuhan terhadap ayahnya ataupun kepada Tuhan, dua hal yang perlu kita berikan penghargaan kepada Ishak.
Pada peristiwa ini memang Tuhan menguji kesetian Abraham padanya dan Tuhan memberikan applaus kepada Abraham karena kesetiannya dengan menukar Ishak dengan Domba Korban yang telah Ia sediakan. Dalam kehidupan kita sekarang kita tidak tahu posisi saat Tuhan menguji atau tidak terhadap kesetiaan kita. Saat kita harus kehilangan orang yang kita cintai, harta yang kita miliki, pekerjaan dan karier atau apapun, kita semestinya "rela" karena pada dasarnya semua adalah milik Tuhan. Jika kita tetap bersandar kepada Tuhan, setia kepada Tuhan, menyerahkan apa yang Tuhan Minta. Yakinlah kita dan bolehlah kita sebagai makhluk lemah bahwa Tuhan akan "menukar" apa yang dengan ikhlas kita serahkan pada Tuhan dengan berkatnya yang berkelimpahan.