Minggu, 30 Mei 2010

Anak kita adalah Doa dan Pengharapan akan Tuhan

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 30:1-25

Banyak hal ataupun motivasi seseorang akan hadirnya anak dalam kehidupan kita terkadang kita lupa mengucapkan syukur atas berkat keturunan yang Tuhan berikan kepada kita. Kita sering menganggap hadirnya anak kita hanya sebagai benda anak itu sendiri. Seolah anak kita hanyalah alat untuk meraih kejayaan kita, keberhasilan kita atau pun hak waris kita akan harta kekayaan seperti yang terjadi pada istri-istri Yakub. Mereka dengan ngototnya meminta hadirnya keturunan dengan motivasi-motivasi kedagingan mereka bahkan memberi nama anak-anak mereka sesuai peristiwa dan kejadian yang menunjukkan ambisi duniawai mereka.
Saya kadang heran dengan orang-orang tua kita yang tidak memberi nama yang indah bagi anak mereka. Namun kadang menjadi heran saat seseorang memberi nama anaknya asal terdengar indah namun tidak mengetahui makna dan pengarapannya. Atau nama anak sering menjadi penanda dan pengingat akan peristiwa yang terjadi saat anak itu lahir. Nam tidak perlu di beli dengan mahal, maka alangkah baiknya kita beri nama anak kita tidak hanya indah didengar, mudah dipanggil, ataupun terlihat hebat. Namun hendaknya nama yang diberikan kepada anak kita adalah sebuah pengharapan dan doa kita kepada Allah agar anak kita tumbuh sesuai dengan pengaharapan dalam arti nama itu. Alangkah indahnya jika tiap memanggil nama anak kita maka menjadi ingat akan Tuhan baik peristiwa saat anak itu lahir ataupun pengharapan baik terhadap kita anak itu dalam Doa kita terhadap Tuhan. Mari kita panjatkan selalu rasa syukur dan terima kasih kita akan berkat anak yang Tuhan berikan dan marilah kita menyadari bahwa anak adalah milik Tuhan yang kita percaya dan berharap akan berkat kebaikan yang akan Tuhan berikan kepada anak kita.

Selasa, 25 Mei 2010

Kesabaran Untuk Gadis yang dicintai

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 29:1-35


Jika seseorang telah mengidamkan sesuatu yang dicintainya, maka betapa ia menjadi bersabar diri. Seperti Yakub yang telah menambatkan cintanya pada Rahel, iapun rela bersabar menunggu selama kurang lebih 14 tahun 7 hari. 7 tahun pertama adalah penantiannya selama bekerja untuk Laban sebagai syarat untuk menikahi gadis yang dicintainya, 7 hari kemudian adalah syarat formal yang harus dijalaninya untuk menjalani pernikahannya dengan Lea, kakak Rahel sebagai usaha dari laban agar anak tertuanya ini pun mendapatkan jodoh pula karena ia tidak se"menarik" Rahel, meski dengan tipu dayanya kepada Yakub. Selanjutnya 7 tahun berikutnya adalah waktu tunggu Yakub dengan bekerja kepada Laban untuk tetap mendapatkan gadis yang benar-benar dicintainya.
Untuk mendapatkan hal yang sangat kita ingini memang kadang kita harus bersabar dan menahan diri dan tidak menolak tanggung jawab yang diberikan kepada kita seperti Yakub yang "terpaksa" harus menerima Lea pula sebagai istrinya dengan tanggungjawabnya.

Minggu, 23 Mei 2010

Bangkitkan kenangan akan Tuhan setiap saat

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 28:1-22

Sering kita lihat bahwa kita sendiri atau beberapa orang tetap menyimpan benda-benda tertentu yang mempunyai nilai historis dalam kehidupannya. Biasanya benda-benda itu dirawat dengan baik karena mengingatkan perjalanan hidupnya. Misalkan sebuah sepeda tua, motor tua, mobil tua dan lain-lainnya yang serasa mempunyai jiwa karena telah menemani kita melewati segala masa, susah senang bahkan perjuangan hingga kita sampai pada kondisi seperti hari ini/ saat ini.
Seperti Yakub yang menjadikannnya bantal batu saat ia mendapatkan kemuliaan dari Tuhan, sangat mengenang batu itu sebagai tugu untuk mengingat akan Tuhan. Kita tidak harus membuat sebuah benda yang mahal dan besar untuk selalu mengingat akan Tuhan. Sebuah Alkitab pun bisa untuk membuat kita selalu mengingat Tuhan, namun Yesus Kristus lah Tugu Abadi yang mana kita akan selalu ingat akan Tuhan karena Tuhan adalah Dirinya.

Kamis, 13 Mei 2010

Jujur saja tidak cukup..

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 27 :1-46

Memang menjadi orang jujur adalah baik adanya. Namun menjadi orang baik dan jujur alangkah baiknya dilengkapi dengan kewaspadaan dan kepandaian. Seperti yang di alami Esau yang terpaksa harus kehilangan berkat/kuasa dari ayahnya karena ia kurang berhati-hati dan terlalu lugu. Dua kali sudah ia telah ditipu oleh Yakub namun tidak juga waspada. Memang jika dilihat dari kehendak Tuhan yang terjadi, hal itu harus terjadi, namun apa yang dapat kita ambil dari hal ini adalah sebagai orang jujur pun kita tetap perlu hikmat agar terhindar dari orang lain yang "licik". Demi kekuasaan memang terkadang dipakai cara-cara yang kotor namun marilah kita memohon pertolongan Tuhan agar dalam hal kita ingin mencapai segala cita-cita kebesaran kita selalu menempuh jalan yang jujur dan diberkati Tuhan.

Senin, 10 Mei 2010

Warna Warni Persahabatan

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 26:1-35

Apa yang pernah terjadi kembali terulang dengan pihak dan latar belakang yang tidak jauh berbeda. Karena kelaparan di negerinya Ishak pun menuju Ke Tanah Gerar tempat Abimelekh raja Filistin. Apa yang dilakukan Ishak pun sama dengan Abraham, ia mengatakan bahwa Ribka sebagai Saudaranya bukan istrinya karena ia takut dibunuh karena kecantikan istrinya, Akhirnya Abimelekh pun mengetahuinya juga. Betapa ia menyayangkan sikap Ishak tersebut. Namun karena Ia seorang yang Takut akan Tuhan maka ia pun melindungi Ishak seperti ia dahulu melindungi Abraham. Ishak dan hamba-hambanya hidupnya menjadi lebih makmur daripada orang-orang Filistin itu sendiri sehingga menimbulkan kecemburuan dan iri hati yang sempat menodai persahabatan mereka. Perebutan sumur dan pengusiran pun terjadi. Namun kembali Tuhan membukakan hati Abimelekh bahwa Ishak memang telah diberkati Tuhan sehingga ia kembali mendatangi Ishak dan memperbaiki hubungan persahabatan mereka, dalam nama Tuhan.
Memang sebagai manusia kita tidak terlepas dari ketakutan dan kekurangan, seperti Abraham, Ishak dan Abimelekh. Namun dalam Tuhan kita bisa menjadi sahabat yang saling mengerti dan melengkapi.

Minggu, 09 Mei 2010

Keturunan dan warisan

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 25 :1-34


Keturunan Abraham terus berkembang, baik yang berasal dari "Permaisuri" Sara, "selir" Hagar maupun "Gundi" Ketura. Masing-masing keturunan diberikan sesuatu oleh Abraham sebagai warisan. Abraham mencoba mengasihi seluruh keluarganya dan memberikan warisan sesuai hak-nya dan sesuai keinginan Tuhan.
Keturuan Abraham dari Ishak yang diberkati Tuhan menurunkan pula Esau dan Yakub. Disinilah penghargaan akan warisan dan hak adalah penting. Esau menyepelekan hak kesulungannya hanya demi makanan yang diberikan oleh Yakub. Dari sini pula kita perlu melihat bahwa segala sesuatu yang menyangkut warisan amat sensitif meski bagi sesama bersaudara. Sikap Esau yang tidak terlalu menganggap Hak Kesulungannya itu penting tidak menjadi masalah jika ia itu benar benar dari hatinya, bukan demi sup kacang merah. Yakub pun seharusnya sebagai Saudara seharusnya tidak memperalat kelemahan kakaknya itu untuk mendapatkan Hak Dari Kesulungannya. Namun seperti yang telah digariskan Allah sewaktu mereka dalam kandungan, hal itu memang yang akan terjadi.
Bagaimana dengan kita? secara biologis jika dirunut catatannya bukan tidak mungkin kita adalah keturunan Abraham dari Sara, Hagar, atau bahkan Ketura. Yang terpenting kita meyakini bahwa Abraham adalah Ayah kita secara rohani yang telah memberikan warisan Imannya kepada kita. Iman kita kepada Allah tidak akan kita tukar/jual demi kenikmatan duniawi, selezat apapun sup "kacang merah" itu.
Warisan Harta kita hargai sebagai alat duniawi warisan Iman kita pegang teguh untuk meluaskan kerajaan Allah di Bumi.

Selasa, 04 Mei 2010

Tuhan memberi petunjuk untuk kelanggengan hidup berkeluarga

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 24:1-67

Benar seperti perintah Tuhan bahwa lelaki dan perempuan yang telah mengikrarkan diri dalam sebuah pernikahan suci adalah menjadi satu daging oleh Allah. Apa yang telah disatukan dalam nama Tuhan tidak dapat di pisahkan oleh manusia. Maka itu untuk memilih pasangan hidup haruslah dengan pertimbangan yang matang, banyak hal yang harus dipertimbangkan agar bahtera rumah tangga dapat langgeng dan membahagiakan. Banyak hal yang menjadikan pertimbangan untuk memilih ataupun menjodohkan calon pasangan. Selain rasa Kasih itu sendiri yang terutama, tidak menutup kemungkinan akan pertimbangan asal-usul, riwayat dan lain-lain, dalam istilah jawa sering di sebut bibit, bobot, bebet.
Seperti Abraham yang sungguh penuh pertimbangan dalam memilihkan istri untuk Ishak anaknya, berbagai pertimbangan dia gunakan dan pertolongan/petunjuk Tuhan dimintakan agar tidak salah dalam memilih.
Begitu banyaknya perceraian yang terjadi salah satu sebabnya adalah pertimbangan dangkal dan terburu-buru dalam memilih pasangannya. Hanya berdasar rasa suka sesaat, nafsu, ataupun pertimbangan lain, bahkan petunjuk Tuhan pun sering di abaikan, apalagi saran-saran dari sahabat ataupun keluarga terdekat. Bagi kita yang sedang memilih pasangan ataupun merencanakan pernikahan hendaklah kita pertimbangkan dengan matang dan mohonlah petunjuk Tuhan. Dan bagi kita yang tengah menjalani bahtera kehidupan dengan pasangan yang kita pilih, hendaklah kita curahkan kasih sepenuhnya pada pasangan kita yang telah menyatu dalam diri kita, segala kelebihan dan kekurangan pasangan kita adalah kelebihan dan kekurangan kita sendiri, teruslah bersyukur atas pernikahan itu dan mohon pemeliharaan-Nya.

Senin, 03 Mei 2010

Berikan yang terbaik untuk pasangan kita

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 23:1-20

Sungguh wajar jika kita berduka dan meratapi meninggalnya seseorang yang sangat berarti bagi kita, yang menemani di setiap langkah perjalanan hidup kita, dia adalah pasangan hidup kita. Abraham pun demikian, saat istrinya-Sara yang telah menemaninya selama puluhan tahun setia padanya hidup sesuai kehendak Tuhan pada akhirnya mendahului Abraham mendapatkan kematiannya, Abraham pun berduka dan meratap, namun ia tetap bertindak matang, bagaimanapun kita harus tetap memberikan yang terbaik untuk orang yang kita cintai, pasangan hidup kita bahkan di saat meninggalnya. Berikanlah pemakaman terbaik untukknya dengan segenap kemampuan kita. Seperti Abraham yang tetap membeli Tanah di gua untuk pemakaman istrinya sebagai pemakaman terbaik. Meski Tanah itu adalah tanah yang diberikan Tuhan untukknya namun tetap ia memberikan "uang pengganti" yang layak kepada orang-orang Het. Meski orang Het tidak mempermasalahkan harga itu, mereka pun menghargai Abraham yang sedang berduka.

Minggu, 02 Mei 2010

Semua milik Tuhan

Catatan setelah membaca Kitab kejadian 22:1-24

Sering kita mendengar atau bahkan kita sendiri yang mengatakan "Kita berserah saja pada kehendak Tuhan". Apa yang kita ucapkan memang terkesan tulus karena kita "mengharap" kehendak Tuhan yang terbaik dan menyenangkan kita. Namun bagaimana jika hal itu dibalik? bagaimana jika halnya Tuhan menginginkan apa yang kita cintai dan yang kita anggap paling berharga dalam hidup kita diminta oleh Tuhan?
Seperti yang dialami Abraham, tidak terbayangkan bahwa Ishak, anak yang telah ia nanti-nantikan kehadirannya selama puluhan Tahun dengan berbagai pengharapannya pada Tuhan, dengan kesabaran dan nyaris putus asa, pada akhirnya "diminta" oleh Tuhan. Kita tidak tahu apa yang berkecamuk dalam hati Abraham, namun yang kita tahu adalah Abraham tanpa penyangkalan, penawaran, ataupun pertanyaan melaksanakan kehendak itu. Dari sisi Ishak pun kita perlu mencatat "kesucian"nya, belum tercatat apakah pada saat itu Ishak melakukan perlawanan saat akan dikorbankan atau tidak, namun pada akhirnya ia pun "bersedia" di serahkan kepada Tuhan mungkin demi kepatuhan terhadap ayahnya ataupun kepada Tuhan, dua hal yang perlu kita berikan penghargaan kepada Ishak.
Pada peristiwa ini memang Tuhan menguji kesetian Abraham padanya dan Tuhan memberikan applaus kepada Abraham karena kesetiannya dengan menukar Ishak dengan Domba Korban yang telah Ia sediakan. Dalam kehidupan kita sekarang kita tidak tahu posisi saat Tuhan menguji atau tidak terhadap kesetiaan kita. Saat kita harus kehilangan orang yang kita cintai, harta yang kita miliki, pekerjaan dan karier atau apapun, kita semestinya "rela" karena pada dasarnya semua adalah milik Tuhan. Jika kita tetap bersandar kepada Tuhan, setia kepada Tuhan, menyerahkan apa yang Tuhan Minta. Yakinlah kita dan bolehlah kita sebagai makhluk lemah bahwa Tuhan akan "menukar" apa yang dengan ikhlas kita serahkan pada Tuhan dengan berkatnya yang berkelimpahan.

Rabu, 28 April 2010

Tidak mudah untuk dipercaya setelah "cacat" yang kita lakukan

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 21:22-34

Raja Abimelekh dari Filistin sungguh sangat ingin bersahabat dengan Abraham meski statusnya adalah orang asing di negerinya. Dari awal pertemuannya dengan Abraham raja ini sebenarnya telah menerima Abraham. Apalagi setelah ia tahu bahwa Abraham adalah manusia pilihan Allah. Namun riwayat pertemanan mereka sempat ternoda oleh "ketidakjujuran" Abraham tentang Sara, meski dengan peristiwa ini Abimelekh menjadi mengenal Allah. Hal inilah yang membuat Abimelekh lebih percaya akan kebesaran Allah sehingga persahabatan mereka pun diikat dengan perjanjian dengan bersandar pada Allah. Dengan bersumpah demi Allah Abimelekh yakin Abraham tidak akan mengulangi hal-hal yang membuatnya kurang respect.
Keinginan bersahabat dari Abimelekh semakin besar karena ia tahu ada Allah di antara mereka. Memang banyak cara yang dilakukan Tuhan agar manusia lebih mengenalnya.Kita akan lebih percaya kepada ucapan seseorang jika orang tersebut berjanji dan berbicara dalam nama Allah. Meski sebagai manusia "sumpah demi Allah" adalah sungguh berat, kita harus menyandarkan diri pada Allah dengan tulus sebelum bersumpah.Jangan bermain-main dengan Sumpah....apalagi Demi Allah.

Selasa, 27 April 2010

Kasihilah korban..

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 21:1-21

Sungguh menyedihkan jika ada pihak yang menjadi korban. Hagar dan Ismail dalam hal ini adalah korban, korban kekhawatiran Sara dan Abraham hal "warisan" mereka kelak. Kita memang tidak hanya memandang dari satu sisi saja. Pertimbangan Abraham sebagai manusia saat "mengusir" Hagar karena potensi perebutan itu ada, karakter Hagar mendukung untuk itu. Yang terkuat pertimbangan Abraham adalah mengenai petunjuk Tuhan Bahwa Ishak lah anak perjanjian itu, dan "saran" dari Tuhan agar Abraham menuruti permintaan Sara adalah rencana Tuhan Sendiri. Bagaimana dengan Hagar dan Ismail? Disinilah Kasih Tuhan Berbicara, Tuhan Tetap memelihara mereka dan memberikan janji untuk tetap menjadikan keturunan Ismail bangsa yang besar pula. Rencana Tuhan memang sebuah misteri, Ia Tahu apa yang terbaik. Yang kita petik dari sini adalah kita selayaknya mengasihi, memelihara dan memperlakukan "korban" dengan setulus hati.

Senin, 26 April 2010

Jujurlah meski dalam ketakutan, serahkan semua kepada Tuhan

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 20:1-18

Kita mungkin kurang respek terhadap sikap Abraham yang "berbohong" kepada Raja Abimelekh tentang status Sara, istrinya. Ia mengatakan bahwa Sara hanyalah Saudaranya. Meski memang Sara adalah saudaranya, namun status penting Sara sebagai istrinya tidak ia sampaikan karena ia takut dibunuh karena ia terlanjur mempunyai pandangan buruk terhadap Raja Abimelekh ini ( dalam pikirannya Abimelekh tidak takut akan Tuhan, ia pasti akan mengambil Sara dan membunuhnya). Sikap Abraham yang "underestimated" terhadap Abimelekh dan ketakutannya membuat ia berkata tidak jujur sehingga Abimelekh merasa sah-sah saja mengambil Sara karena statusnya adalah tanpa ikatan.
Namun akibat ketakutan dan prasangka buruk Abraham yang memunculkan kehohongannya berakibat fatal bagi Abimelekh yang ternyata sungguh takut akan Tuhan. Meski Tuhan membebaskan hukumannya terhadap Abimelekh (karena ia tidak berbuat salah) namun penghargaan dan pandangan persahabatan Abimelekh sudahlah turun kadarnya, meski hal ini dilebur oleh kuasa Tuhan terhadap terhadap Abraham.
Memang bagaimanapun Abraham adalah manusia yang mempunyai ketakutan. Namun alangkah baiknya jika dalam ketakutan, kekhawatiran, ataupun kondisi apapun yang membuat kita merasa terancam janganlah berkata tidak jujur sekedar untuk mencari aman karena ketidakjujuran kita mengakibatkan hal-hal lain yang tidak baik akan terjadi. Jujurlah kita dalam kondisi apapun dan mintalah perlindungan/petunjuk Tuhan.

Minggu, 25 April 2010

Tuhan Menghukum dengan berbagai cara, siapa yang tetap menjalankan perintahnya, ia akan selamat.

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 19: 1-29


"Saiki jaman edan, yen ra edan ora keduman. Bejaning wong sing eling lan waspodo" (Sekarang jaman gila, kalo tidak gila tidak kebagian. Beruntunglah orang yang ingat dan waspada). Pepatah jawa tersebut mungkin cukup pantas untuk menggambarkan apa yang Tuhan lakukan atas kota Sodom. Kehidupan di Sodom yang sudah menjadi "kota gila" membuat Tuhan murka dan memusnahkannya. Namun Tuhan masih memberikan pengampunan bagi Lot dan keluarganya yang percaya dan patuh kepada Tuhan. Meski tidak semua keluarga Lot selamat karena dua bakal menantunya tidak diselamatkan karena mereka tidak percaya, begitupun istri Lot karena masih belum "ikhlas" meninggalkan kota Sodom.
Kejadian seperti di kota Sodom bisa menjadi cermin bagi kehidupan dunia saat ini. Betapa dunia telah kita sesaki dengan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Allah. Banyak orang yang tahu bahwa perbuatannya salah namun tetap melakukannya karena takut "ora keduman". Tidak usah jauh-jauh berpikir tentang dunia, hal tersebut bisa kita rasakan dalam kehidupan bermasyarakat kita. Terkadang kita tinggal di lingkungan yang "buruk" bagi kita dan anak-anak kita. Dalam keadaan ini prinsip "eling lan waspodo" harus tetap kita pegang teguh karena Tuhan akan menolong dengan berbagai cara bagi kita yang tetap hidup dalam perintahnya. Kehidupan kita sebagai umat Kristiani pun di Indonesia bisa kita jadikan contoh nyata. Hidup sebagai kaum minoritas sering menempatkan kita dalam posisi "teraniaya" oleh  "orang-orang sodom". Yang Saya maksud dengan "orang-orang Sodom" disini adalah orang-orang mayoritas yang hidupnya dipenuhi dengan kemunafikan, merasa paling benar. merasa sah menganiaya orang dengan keyakinan yang berbeda darinya, menafsirkan perintah Tuhan dengan keras kepala dan lain sebagainya dimana hal-hal itu tidak berkenan di hadapan Allah. Dalam kondisi apapun, hidup dalam lingkungan apapun (karena kadang kita tidak dapat menghindari di lingkungan seperti apa kita tinggal) sejauh mungkin kita harus tetap hidup dalam jalan Tuhan dan berserah padaNya. Tuhan melindungi kita dalam berbagai cara dan menghukum kita pula dengan berbagai cara. Eling lan waspodo.

Selasa, 20 April 2010

Berikan yang terbaik untuk Tuhan, dan bersabarlah karena tak ada yang mustahil untuk Tuhan, yakinlah Dia akan bersikap adil

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 18:1-15 dan Kejadian 18 :16-33

Sudah selayaknya kita memberikan sajian yang terbaik bagi "tamu" kita apalagi , seperti Abraham memperlakukan tamu-nya karena tamu itu adalah gambaran Tuhan. Sudah selayaknya pula kita menerima tamu dengan sebuah keikhlasan bahwa ia adalah utusan Tuhan yang membawa berkat. Apapun fakta yang terjadi dari kehadiran tamu itu kita mesti percaya bahwa ada berkat Tuhan yang dibawa, apakah itu kabar baik, kabar buruk, rejeki, keluh kesah dan sebagainya kita harus berlaku "baik" karena ada berkat Tuhan di dalamnya.
 Dalam perikop ini juga masih berpesan tentang kesabaran kita terhadap doa ataupun apa yang dijanjikan Tuhan. Secara pribadi Saya ingin berpesan kepada rekan-rekan berkaitan dengan janji Tuhan kepada Sara untuk memberinya keturunan, meski itu terlihat mustahil di mata manusia. Mungkin banyak di antara sahabat yang telah bertahun-tahun menantikan kehadiran momongan. Kita tahu hal itu cukup berat karena disamping beban pribadi pasangan, mungkin banyak pula tekanan dari pihak keluarga, dan rasa minder terhadap lingkungan ataupun sahabat. Saya pernah mengalaminya sendiri, cukup lama pula saya menunggu berkat momongan, berusaha dengan cara2 medis dan lain-lainnya. Akhirnya Tuhan memberikan juga apa yang kami idamkan. Kepasrahan dan doa tulus kepada Tuhan (Saya dan istri saat itu selalu bangun tengah malam, berdoa dengan tulus di halaman rumah, sambil menatap langit dan bintang-bintang) akan menjadikan pengharapan kita tidak sia-sia. Dan kita jangan lupa semua hanya terjadi jika Tuhan menghendakinya.

Dalam perikop ini pula Abraham terusik rasa keadilannya saat Tuhan akan menghukum Sodom dan Gomora. Ia memohon agar jangan pula orang benar ikut dimusnahkan (karena Lot Saudaranya tinggal pula di Sodom). Yakinkan kita bahwa Tuhan akan bersikap adil, jika ada Saudara kita yang masih tersesat berusahalah mengingatkan dia agar tidak termasuk dalam kumpulan orang yang akan dihukum Tuhan.

Senin, 19 April 2010

Bersabar dan bertekun dalam Iman

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 17:1-27

Waktu penggenapan menurut Allah sangat berbeda dengan waktu kita sebagai manusia. Saat Allah telah membuat janji pun Abram harus tetap bersabar dan percaya serta berpegang teguh pada rencana Allah yang selalu mulia, bahkan Abram pun harus menerima dengan taat meski janji itu belum digenapi bahkan Tuhan memberikan perintah-perintah baru.
Pada saat Tuhan telah berjanji pun kita harus selalu sabar menunggu dan tetap menjalankan perintahnya. Janji Tuhan adalah keinginan Tuhan dan Dia lah yang menentukan waktunya. Jika dari sisi Tuhan yang berkeinginan (aktif) saja kita harus sabar dan berpegang teguh pada perintahnya, apalagi jika kita yang "memohon" kepada-Nya selain harus sabar dan berpegang Teguh, kita pun harus siap menerima apakah permohonan kita dalam doa yang kita naikkan dikabulkan (sesuai dengan keinginannya) atau Tuhan memberikan hal lain kepada kita, kita harus percaya bahwa apa yang diberikan Tuhan adalah rencananya dan baik adanya.
Mari Bersabar dan Bertekun dalam Iman, memuji Tuhan atas apa yang Ia beri sebelum kita meminta dan menerima apapun yang Ia berikan karena semuanya adalah berkat.

Minggu, 18 April 2010

Sulitnya Berlaku Adil

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 16 : 1-16

Memang beralasan jika Tuhan menginginkan kita tidak berpoligami. Seorang laki-laki dengan lebih dari satu istri dituntut harus bijak "mengakomodasi" dan mendidik istri-istrinya. Bahkan Abram pun kesulitan untuk melakukan itu, pada saat Sarai komplain kepadanya karena sikap Hagar (seorang hamba yang oleh Sarai diberikan kepada Abram untuk diambil istri) yang karena mengandung anak Abram merendahkan Sarai. Disinilah ke"tidakadilan" Abram tercipta, bagaimanapun Hagar telah menjadi istrinya tetapi Abram tetap menganggapnya sebagai hamba sehinggi ia menyerahkan keputusan kembali kepada Sarai, sehingga Sarai menindasnya.
Ketidakadilan memang bisa berawal dari kesalahan dalam membuat keputusan dari sang pimpinan. Ini bisa terjadi dalam kehidupan keluarga, organisasi ataupun negara. Ketidakadilan akan menciptakan korban, yang kuat menindas yang lemah.
Pada saat ketidakadilan terjadi Tuhan tetap menunjukkan kasihnya kepada pihak yang menindas ataupun tertindas. Tuhan tetap memberikan petunjuk bagi penindas atapun tertindas, apapun itu bentuknya. Jika kita sebagai penindas kita akan disadarkan oleh Tuhan Bagaimanapun caranya. Jika kita sebagai tertindas kita akan lebih diperhatikan oleh Tuhan dengan berkat dan petunjuk-Nya.
Mari bersikap adil.

Sabtu, 17 April 2010

Janji

Catatan setelah membaca Kitab Kejadian 15 : 1-21

Pernahkah kita menghitung berapa kali kita berjanji, kepada siapapun dan berapa kali kita menepatinya? ataukah kita termasuk orang yang selalu menepati janji? Jika iya kita perlu menghitung lagi apakah janji yang kita tepati itu memang karena kita ingin menepatinya ataukah karena takut akan resiko lainnya?
Dalam hal ini sungguh beda antara "janji manusia" dan " janji Allah". Janji manusia sering diucapkan karena ada kepentingan yang lebih besar dari janji itu. Reaksi dan respon terhadap janji itu pun bermacam-macam, ada yang percaya, ragu bahkan sering dibuat "perjanjian tertulis" dengan aturan manusia agar janji itu ditepati. Percayakah kita jika seorang sahabat mengajak kita berbisnis tanpa suatu perjanjian tertulis?  Janji Allah sungguh beda karena janji Allah dilandasi Kasih yang maha besar kepada umat manusia. Allah tidak pernah lupa janji meski semustahil apapun janji itu bagi manusia. Justru manusia yang sering tidak percaya akan Janji Allah. Manusia sering tak sabar akan tibanya penggenapan janji itu.
Allah telah menggenapi janjinya kepada Abraham untuk membesarkan keturunannya seperti bintang-bintang di langit, padahal saat janji memberikan keturunan kepada Abram sangat mustahil bagi pemikiran manusia. Janji Terbesar Tuhan yang telah digenapi adalah memberikan Putranya yang tunggal untuk menebus dosa-dosa manusia. Dan berapa gelintirkah menusia yang percaya?
 Sebuah janji kecil apabila di dasari kasih untuk dapat menepatinya lebih berharga daripada janji besar tetapi dilandasi kepentingan duniawi.