Sering kita mendengar atau bahkan kita sendiri yang mengatakan "Kita berserah saja pada kehendak Tuhan". Apa yang kita ucapkan memang terkesan tulus karena kita "mengharap" kehendak Tuhan yang terbaik dan menyenangkan kita. Namun bagaimana jika hal itu dibalik? bagaimana jika halnya Tuhan menginginkan apa yang kita cintai dan yang kita anggap paling berharga dalam hidup kita diminta oleh Tuhan?
Seperti yang dialami Abraham, tidak terbayangkan bahwa Ishak, anak yang telah ia nanti-nantikan kehadirannya selama puluhan Tahun dengan berbagai pengharapannya pada Tuhan, dengan kesabaran dan nyaris putus asa, pada akhirnya "diminta" oleh Tuhan. Kita tidak tahu apa yang berkecamuk dalam hati Abraham, namun yang kita tahu adalah Abraham tanpa penyangkalan, penawaran, ataupun pertanyaan melaksanakan kehendak itu. Dari sisi Ishak pun kita perlu mencatat "kesucian"nya, belum tercatat apakah pada saat itu Ishak melakukan perlawanan saat akan dikorbankan atau tidak, namun pada akhirnya ia pun "bersedia" di serahkan kepada Tuhan mungkin demi kepatuhan terhadap ayahnya ataupun kepada Tuhan, dua hal yang perlu kita berikan penghargaan kepada Ishak.
Pada peristiwa ini memang Tuhan menguji kesetian Abraham padanya dan Tuhan memberikan applaus kepada Abraham karena kesetiannya dengan menukar Ishak dengan Domba Korban yang telah Ia sediakan. Dalam kehidupan kita sekarang kita tidak tahu posisi saat Tuhan menguji atau tidak terhadap kesetiaan kita. Saat kita harus kehilangan orang yang kita cintai, harta yang kita miliki, pekerjaan dan karier atau apapun, kita semestinya "rela" karena pada dasarnya semua adalah milik Tuhan. Jika kita tetap bersandar kepada Tuhan, setia kepada Tuhan, menyerahkan apa yang Tuhan Minta. Yakinlah kita dan bolehlah kita sebagai makhluk lemah bahwa Tuhan akan "menukar" apa yang dengan ikhlas kita serahkan pada Tuhan dengan berkatnya yang berkelimpahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar